SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
(August
Comte dan Sosiologi)
August
Comte, seorang pemikir Prancis adalah orang pertama yang mencetuskan istilah
sosiologi dalam karya terbesarnya berjudul Cours
de Philosophie yang terdiri dari enam volume, dimulai cetakan volume
pertama pada tahun 1830 hingga akhirnya pada tahun 1842 buku ini diterbitkan
sekaligus (Ritzer, 2012:24). Comte menggunakan istilah sosiologi sebagai
pendekatan ilmiah untuk memahami masyarakat. Comte resah dan gelisah saat itu
dengan kekacauan yang terjadi di eropa khusunya di negaranya sendiri Prancis
akibat revolusi yang terpengaruh oleh filsafat
pencerahan. Menghadapi keadaan tersebut, Comte mengembangkan pemikiran
ilmiahnya yang dikenal dengan positivisme atau filsafat positif sebagai bentuk
perlawanan terhadap filsafat pencerahan yang menurutnya memiliki sifat negatif
dan destruktif (Ritzer, 2012:24). Comte
tidak menghendaki adanya perubahan revolusioner karena menurutnya perubahan
masyarakat yang alami akan lebih baik dampaknya.
Pemikiran
Comte tentang masyarakat sejalan dan dipengaruhi oleh pemikiran Bonald dan
Maistre para pemikir Katolik kontrarevolusioner, namun pada akhirnya harus
diakui bahwa karya Comte dapat diisahkan dari karya mereka karena dua sebab. Pertama,
Comte menganggap bahwa mengembalikan zaman ke abad pertengahan merupakan suatu
hal yang mustahil karena kemajuan ilmu dan industri pada saat itu yang kian
mendesak ke arah perubahan. Kedua, Comte justru mengembangkan sebuah teori yang
lebih canggih dan memadai untuk pengembangan sosiologi di masa awal. Menurut Comte,
ilmu baru yang disebut sosiologi lekat hubungannya dengan statika sosial dan
dinamaika sosial (struktur-struktur sosial yang ada) dan dinamika sosial
(perubahan sosial), menurutnya dinamaika sosial memiliki posisi yang lebih penting.
Pendapatnya ini sekaligus memberi gambran kepada kita bahwa sejak awal memang
Comte sangat tertarik dengan pembaharuan.
Berkenaan dengan
hal tersebut di atas, Comte mengembangkan sebuah teori yang disebut hukum
tiga tahap yang memiliki asumsi bahwa
ada tiga tahapan perkembangan intelektual yang terjadi di sepanjang sejarah
dunia. Comte berpendapat bahwa yang mengalami perkembangan tiga tahap tersebut
tidak hanya dunia saja, tetapi kelompok, masyarakat, ilmu, individu bahkan
pikiran pun mengaami hal yang sama. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut
tentang hukum tiga tahap menurut August Comte (Ritzer, 2012: 24):
1. Tahap teologis (sekitar tahun 1300); Pada masa
ini, sistem ide utama menekankan kepercayaan bahwa pangkal dari segala sesuatu di
dunia ini termasuk di dalamnya peristiwa-peristiwa sosial adalah
kekuatan-keuatan supernatural dan tokoh-tokoh agamis yang menjadi teladan
manusia. Jadi, secara khusus pada masa ini semua hal yang berkaitan dengan
kehidupan sosial masyarakat dianggap murni dihasilkan oleh tuhan saja.
2. Tahap metafisik (sekitar tahun 1300-1800); pada masa ini berlaku keprcayaan bahwa
daya-daya abstarak seperti “alam” lah yang menjelaskan hampir segala sesuatu dan bukan dewa yang berpribadi.
3. Tahap positivistik (tahun 1800); di masa
ini mulai bermunculan dalam kehidupan masyarakat kepercayaan terhadap ilmu. Manusia
cenderung mengabaikan kekuatan-kekuatan absolut seperti tuhan dan alam sebagai
penyebab dari segala kejadian di dunia sosial, tetapi lebih memperhatikan pada
dunia sosial itu sendiri untuk mencari hukum-hukum yang mengaturnya.
Dari
pemikiran Comte tentang hukum tiga tahap, kita bisa lihat bagaiman Comte
menaruh perhatian yang besar pada faktor-faktor intelektual yang dianggapnya
sebagai penyebab kekacauan sosial. Menurutnya, kekacauan sosial muncul dari
sistem-sistem ide pada zaman teologis dan metafisik, kemelut yang terjadi pada
dunia sosial baru akan berhenti ketika zaman sudah dikendalikan oleh poitivisme
karena hal tersebut merupakan tahap perubahan evolusioner yang dianggap lebih
baik dari revolusioner yang dinilainya banyak mendatangkan kerusakan dan
kekacauan.
Untuk menjadikan
sosiologi sebagai sebuah ilmu, Comte menekankan kepada para sosiolog untuk
melakukan kajian ilmiah serta turun ke lapangan dan melakukan riset sosiologis
untuk menggali segala permasalahan dunia sosial. Dia mendesak agar para
sosiolog tidak hanya melakukan pengamatan namun juga eksperimentasi dana
analisis historis komparatif. Comte memfokuskan
sosiologi tidak pada individu melainkan pada basis data yang lebih besar
misalkan keluarga sebagai unit dasar analisis. Pemikiran-pemikiran Comte
terutama tentang karakter sistematis masyarakat memberi sumbangan yang sangat
besar pada perkembangan teori-teori sosiologi selanjutnya dan mengilhami
pemikiran tokoh-tokoh sosiologi setelahnya khusunya Spencer, Parsons dan Durkheim.
Sebagai orang pertama yang mencetuskan istilah sosiologi dan mengingat pada
karyanya yang bepengaruh besar pada awal perkembangan sosiologi, maka pantas
August Comte diberi gelar bapak sosiologi.
Refernsi: Ritzer, G. 2012. Teori
Sosiologi Modern: dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar