Senin, 19 September 2016

Sejarah Perkembangan dan Tokoh Sosiologi

SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
(August Comte dan Sosiologi)


August Comte, seorang pemikir Prancis adalah orang pertama yang mencetuskan istilah sosiologi dalam karya terbesarnya berjudul Cours de Philosophie yang terdiri dari enam volume, dimulai cetakan volume pertama pada tahun 1830 hingga akhirnya pada tahun 1842 buku ini diterbitkan sekaligus (Ritzer, 2012:24). Comte menggunakan istilah sosiologi sebagai pendekatan ilmiah untuk memahami masyarakat. Comte resah dan gelisah saat itu dengan kekacauan yang terjadi di eropa khusunya di negaranya sendiri Prancis akibat  revolusi yang terpengaruh oleh filsafat pencerahan. Menghadapi keadaan tersebut, Comte mengembangkan pemikiran ilmiahnya yang dikenal dengan positivisme atau filsafat positif sebagai bentuk perlawanan terhadap filsafat pencerahan yang menurutnya memiliki sifat negatif dan destruktif (Ritzer, 2012:24).  Comte tidak menghendaki adanya perubahan revolusioner karena menurutnya perubahan masyarakat yang alami akan lebih baik dampaknya.
Pemikiran Comte tentang masyarakat sejalan dan dipengaruhi oleh pemikiran Bonald dan Maistre para pemikir Katolik kontrarevolusioner, namun pada akhirnya harus diakui bahwa karya Comte dapat diisahkan dari karya mereka karena dua sebab. Pertama, Comte menganggap bahwa mengembalikan zaman ke abad pertengahan merupakan suatu hal yang mustahil karena kemajuan ilmu dan industri pada saat itu yang kian mendesak ke arah perubahan. Kedua, Comte justru mengembangkan sebuah teori yang lebih canggih dan memadai untuk pengembangan sosiologi di masa awal. Menurut Comte, ilmu baru yang disebut sosiologi lekat hubungannya dengan statika sosial dan dinamaika sosial (struktur-struktur sosial yang ada) dan dinamika sosial (perubahan sosial), menurutnya dinamaika sosial memiliki posisi yang lebih penting. Pendapatnya ini sekaligus memberi gambran kepada kita bahwa sejak awal memang Comte sangat tertarik dengan pembaharuan.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, Comte  mengembangkan sebuah teori yang disebut hukum tiga tahap yang  memiliki asumsi bahwa ada tiga tahapan perkembangan intelektual yang terjadi di sepanjang sejarah dunia. Comte berpendapat bahwa yang mengalami perkembangan tiga tahap tersebut tidak hanya dunia saja, tetapi kelompok, masyarakat, ilmu, individu bahkan pikiran pun mengaami hal yang sama. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang hukum tiga tahap menurut August Comte (Ritzer, 2012: 24):   
1.      Tahap teologis (sekitar tahun 1300); Pada masa ini, sistem ide utama menekankan kepercayaan bahwa pangkal dari segala sesuatu di dunia ini termasuk di dalamnya peristiwa-peristiwa sosial adalah kekuatan-keuatan supernatural dan tokoh-tokoh agamis yang menjadi teladan manusia. Jadi, secara khusus pada masa ini semua hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat dianggap murni dihasilkan oleh tuhan saja.
2.      Tahap metafisik (sekitar tahun 1300-1800); pada masa ini berlaku keprcayaan bahwa daya-daya abstarak seperti “alam” lah yang menjelaskan hampir  segala sesuatu dan bukan dewa yang berpribadi.
3.      Tahap positivistik (tahun 1800); di masa ini mulai bermunculan dalam kehidupan masyarakat kepercayaan terhadap ilmu. Manusia cenderung mengabaikan kekuatan-kekuatan absolut seperti tuhan dan alam sebagai penyebab dari segala kejadian di dunia sosial, tetapi lebih memperhatikan pada dunia sosial itu sendiri untuk mencari hukum-hukum yang mengaturnya.
Dari pemikiran Comte tentang hukum tiga tahap, kita bisa lihat bagaiman Comte menaruh perhatian yang besar pada faktor-faktor intelektual yang dianggapnya sebagai penyebab kekacauan sosial. Menurutnya, kekacauan sosial muncul dari sistem-sistem ide pada zaman teologis dan metafisik, kemelut yang terjadi pada dunia sosial baru akan berhenti ketika zaman sudah dikendalikan oleh poitivisme karena hal tersebut merupakan tahap perubahan evolusioner yang dianggap lebih baik dari revolusioner yang dinilainya banyak mendatangkan kerusakan dan kekacauan.
Untuk menjadikan sosiologi sebagai sebuah ilmu, Comte menekankan kepada para sosiolog untuk melakukan kajian ilmiah serta turun ke lapangan dan melakukan riset sosiologis untuk menggali segala permasalahan dunia sosial. Dia mendesak agar para sosiolog tidak hanya melakukan pengamatan namun juga eksperimentasi dana analisis historis komparatif.  Comte memfokuskan sosiologi tidak pada individu melainkan pada basis data yang lebih besar misalkan keluarga sebagai unit dasar analisis. Pemikiran-pemikiran Comte terutama tentang karakter sistematis masyarakat memberi sumbangan yang sangat besar pada perkembangan teori-teori sosiologi selanjutnya dan mengilhami pemikiran tokoh-tokoh sosiologi setelahnya khusunya Spencer, Parsons dan Durkheim. Sebagai orang pertama yang mencetuskan istilah sosiologi dan mengingat pada karyanya yang bepengaruh besar pada awal perkembangan sosiologi, maka pantas August Comte diberi gelar bapak sosiologi.


Refernsi: Ritzer, G. 2012. Teori Sosiologi Modern: dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.