Pemikiran Jurgen Habermas Tentang Kepentingan
dalan Pengembangan Ilmu
Habermas
mengkritik konsep teori murni atau teori sejati karya yang dilahirkan dari pemahaman fenomologi Husselr,
pendekatan fenomenologi Husler ini berusaha menemukan hubungan antara teori
dengan dunia kehidupan yang dihayati (Santoso, 2003: 231). Menurut
Habermas, usaha pencarian teori murni untuk menemukan tatanan kosmos yang
bersifat tetap dan abadi adalah usaha yang sia-sia atau hanya sebuah khayalan
belaka jika subjektivitas peneliti dihilangkan. Bagaimana bisa diperoleh sebuah
penjelasan ilmiah yang bebas dari kepentingan-kepentingan subyek peneliti jika
subyek itu sendiri ikut terintegrasi dalam kegiatan tersebut. Habermas menilai,
dengan menyembunyikan kaitan antara pengetahuan dengan kepentingan dan pengklaiman
bahwa dirinya netral objektif, saat itu pula ilmu pengetahuan sedang
melaksanakan kepentingannya.
Sebelum
jauh membahasa mengenai kepentingan dalam pengembangan ilmu, terlebih dahulu
akan dipaparkan pembagian ilmu pengetahuan menurut Habermas seperti berikut:
1)
Kelompok
ilmu empiris, adalah ilmu alam yang menggunakan
paradigma positivisme, kepentingannya adalah menaklukkan, menemukan hukum-hukum
dan mengontrol alam.
2)
Ilmu-ilmu
humaniora, yang memiliki kepentingan praktis dan saling
memahami, seperti ilmu pengetahuan sosial budaya. Kepentingan ilmu ini bukan
untuk mendominasi atau menguasai, juga bukan membebaskan, tetapi memperluas
saling pemahaman.
3)
Ilmu
kritis yang dikembangkan melalui refleksi diri, sehinga
melalui refleksi diri, kita dapat memahami kondisi-kondisi yang tidak adil dan
tidak manusiawi dalam kehidupan. Kepentingannya adalah emansipatoris.
Habermas
berpendapat bahwa setiap manusia dalam mengembangkan suatu ilmu pengetahuan
tidak mampu berbuat netral terhadap realitas, akan tetapi selalu didorong oleh
kepentingan-kepentingan tertentu yang mendorong ilmu pengetahuan lahir.
Kepentingan ini hilang dalam setiap perbincangan mengenai ilmu, Habermas yang
merupakan seorang penganut filsafat kritis beranggapan bahwa menunjukkan
kepentingan-kepentingan adalah tugas dari teori kritis (Hardiman, 1993: 7).
Berkenaan dengan pendapatnya mengenai hubungan adanya kepentingan dalam
pengembangan ilmu, Habermas menawarkan sebuah konsep Erkenntnisleitende
Interess (kepentingan yang
menjuruskan pengenalan). Dalam hal ini Habermas membedakan kepentingan menjadi
tiga macam yang akan dijelaskan sebagai berikut sebagaimana yang terdapat dalam
Hardiman (1993: 165-178) :
1)
Kepentingan
pengenalan teknis, adalah jenis pengenalan yang didorong
oleh kepentingan pengenalan teknis, misalnya pengenalan ilmu pengetahuan alam
dan pengenalan sosial-teknologis, hanya dapat dipakai untuk memecahkan
masalah-masalah teknis, tapi tidak berguna untuk melestarikan proses-proses
komunikatif atau mengurangi ketidaksamaan kuasa (permasalahan sosial-politis
dan budaya)
2)
Kepentingan
pengenalan praksis, merupakan jenis pengenalan yang
didorong oleh kepentingan pengenalan praksis, misalnya pengenalan tentang masa
lampau yang dicari dalam ilmu sejarah dan pengertia yang diupayakan dalam
ilmu-ilmu hermeneutis, tidak dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah
teknis tapi cocok untuk tujuan komunikatif: guna melestarikan tradisi dan
memperdalam pengertian diri suatu kebudayaan.
3)
Kepentingan
pengenalan emansipatoris, adalah jenis pengenalan yang
didorong oleh kepentingan pengenalan emansipatoris, misalnya pengertian
psikoanalitis dan teori-teori kritis tentang masyarakat, terarah pada
emansipasi atau pembebasan dari keadaan kekuasaan yang menindas serta
ketergantungan dan karena itu hanya dapat dijalankan dalam konteks
proses-proses yang bertujuan meningkatkan kesadaran emansipatoris manusia dalam
masyarakat.
Melalui
penjelasan mengenai tiga macam kepentingan diatas, Habermas ingin menunjukan
bahwa pandangan ilmu pengetahuan postivis (ilmu pengetahuan alam termasuk juga
ilmu pengetahuan sosial demi mengejar sebutan ilmiah) sebenarnya
dilatarbelakangi atau didorong usaha memutlakan kepentingan pengenalan teknis.
Padahal umat manusia masih mempunyai kepentingan-kepentingan fundamental yang
lain daripada memperoleh pengatahuan teknis yang dapat diterapkan dalam
proses-proses pekerjaan seperti dalam industri modern. Misalnya, dampak sosial
budaya serta dampak ekologi disekitar industri modern. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa hubungan antara kepentingan dengan pengetahuan tersebut
hanyalah kepentingan teknis belaka yang telah menghasilkan ilmu-ilmu
empiris-analitis, baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial empiris.
Dominasi
kepentingan teknis menjadikan ilmu-ilmu empiris-teknis lebih berhubungan dengan
kekuatan-kekuatan produktif atau berorientasi pada usaha untuk melakukan
kontrol teknis atas alam, manusia dan masyarakat. Sementara dominasi
kepentingan praktis telah menghasilkan ilmu-ilmu historis-hermeneutis, baik
ilmu-ilmu humaniora maupun ilmu sosial-simbolis. Kepentingan ini bertujuan
menjadi bagian dari kekuatan-kekuatan komunikatif yang memajukan interaksi
sosial, yaitu dapat memperluas intersubyektivitas otentik serta mengurangi
intersubyektivitas yang tertindas maupun yang tidak terartikulasikan. Sedangkan
ilmu-ilmu kritis lebih menekankan diri pada kepentingan kognitif emansipatoris
melalui kekuatan refleksi diri untuk melakukan kerja emansipatons manusia dari
kesadaran palsu (Hardiman,1993: 192-193).
DAFTAR PUSTAKA
Santoso,
Lastiono. et. al. 2003. Seri Pemikiran Tokoh Epistemologi Kiri.Yogyakarta:
Ar-Ruzz Press.
Hardiman,
Budi. 1990. Kritik Idiologi: Pertautan
Pengetahuan dan Kepentingan. Yogyakarta: Kanisius.